Kamis, 21 Juni 2012

ASPEK MAKNA SEMANTIK


PENDAHULUAN
Bahasa merupakan sistem komunikasi yang amat penting bagi manusia. Sebagai suatu unsur yang dinamik, bahasa sentiasa dianalisis dan dikaji dengan menggunakan perbagai pendekatan untuk mengkajinya. Antara pendekatan yang dapat digunakan untuk mengkaji bahasa ialah pendekatan makna. Semantik merupakan salah satu bidang semantik yang mempelajari tentang makna.
Lalu apakah pengertian dari makna, aspek apa saja di dalamnya dan seperti apakah keterkaitan aspek-aspek makna tersebut dengan jenis-jenis dari makna yang dipelajari dalam semantik ? Pada bagian selanjutnya dari makalah ini akan dibahas lebih lanjut mengenai pengertian makna, aspek-aspek makna dan keterkaitannya dengan beberapa jenis makna yang dipelajari dalam semantik.
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makna
Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan. Pengertian dari makna sendiri sangatlah beragam. Mansoer Pateda (2001:79) mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan. Makna tersebut selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat. Menurut Ullman (dalam Mansoer Pateda, 2001:82) mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dengan pengertian. Dalam hal ini Ferdinand de Saussure ( dalam Abdul Chaer, 1994:286) mengungkapkan pengertian makna sebagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistik.
Dalam Kamus Linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi :
1. maksud pembicara;
2. pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia;
3. hubungan dalam arti kesepadanan atau ketidak sepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukkannya,dan
4. cara menggunakan lambang-lambang bahasa ( Harimurti Kridalaksana, 2001: 132).
Bloomfied (dalam Abdul Wahab, 1995:40) mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. Terkait dengan hal tersebut, Aminuddin (1998:50) mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti.
Dari pengertian para ahli bahsa di atas, dapat dikatakan bahwa batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.
B. Aspek-aspek Makna
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :
1. Pengertian (sense)
Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang digunakan atau disepakati bersama. Lyons (dalam Mansoer Pateda, 2001:92) mengatakan bahwa pengertian adalah sistem hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain di dalam kosakata.
2. Nilai rasa (feeling)
Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan.dengan kata lain, nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata0kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi, setiapkata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.
3. Nada (tone)
Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara terhadap kawan bicara ( dalamMansoer Pateda, 2001:94). Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.
4. Maksud (intention)
Aspek maksud menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001: 95) merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan. Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperatif, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik.
Aspek-aspek makna tersenut tentunya mempunyai pengaruh terhadap jenis-jenis makna yang ada dalam semantik. Di bawah ini akan dijelaskan seperti apa keterkaitan aspek-aspek makna dalam semantik dengan jenis-jenis makna dalam semantik.
1. Makna Emotif
Makna emotif menurut Sipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:101) adalah makna yang timbul akibat adanya reaksi pembicara atau sikap pembicara mengenai atau terhadap sesuatu yang dipikirkan atau dirasakan. Dicontohkan dengan kata kerbau dalam kalimat Engkau kerbau., kata itu tentunya menimbulkan perasaan tidak enak bagi pendengar. Dengan kata lain,kata kerbau tadi mengandung makna emosi. Kata kerbau dihubungkan dengan sikap atau poerilaku malas, lamban, dan dianggapsebagai penghinaan. Orang yang dituju atau pendengarnya tentunya akan merasa tersimggung atau merasa tidak nyaman. Bagi orang yang mendengarkan hal tersebut sebagai sesuatu yang ditujukan kepadanya tentunya akan menimbulkan rasa ingin melawan. Dengan demikian, makna emotif adalah makna dalam suatu kata atau kalimat yang dapat menimbulkan pendengarnya emosi dan hal ini jelas berhubungan dengan perasaan. Makna emotif dalam bahasa indonesia cenderung mengacu kepada hal-hal atau makna yang positif dan biasa muncul sebagai akibat dari perubahan tata nilai masyarakat terdapat suatu perubahan nilai.
2. Makna Konotatif
Makna konotatif berbeda dengan makna emotif karena makna konotatif cenderung bersifat negatif, sedangkan makna emotif adalah makna yang bersifat positif (Fathimah Djajasudarma, 1999:9). Makna konotatif muncul sebagai akibat asosiasi perasaan kita terhadap apa yang diucapkan atau didengar. Misalnya, pada kalimat Anita menjadi bunga desa. Kata nunga dalam kalimat tersebut bukan berarti sebagai bunga di taman melainkan menjadi idola di desanya sebagai akibat kondisi fisiknya atau kecantikannya. Kata bunga yang ditambahkan dengan salah satu unsur psikologis fisik atau sosial yang dapat dihubungkan dengan kedudukan yang khusus dalam masyarakat, dapat menumbuhkan makna negatif.
3. Makna Kognitif
Makna kognitif adalah makna yang ditunjukkan oleh acuannya, makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, objek atau gagasan, dan dapat dijelaskan berdasarkan analisis komponenya (Mansoer Pateda, 2001:109). Kata pohon bermakna tumbuhan yang memiliki batang dan daun denga bentuk yang tinggi besar dan kokoh. Inilah yang dimaksud dengan makna kognitif karena lebih banyak dengan maksud pikiran.
4. Makna Referensial
Referen menurut Palmer ( dalam Mansoer Pateda, 2001: 125) adalah hubungan antara unsur-unsur linguistik berupa kata-kata, kalimat-kalimat dan dunia pengalaman nonlinguistik. Referen atau acuan dapat diartikan berupa benda, peristiwa, proses atau kenyataan. Referen adalah sesuatu yangditunjuk oleh suatu lambang. Makna referensial mengisyaratkan tentang makna yamg langsung menunjuk pada sesuatu, baik benda, gejala, kenyataan, peristiwa maupun proses.
Makna referensial menurut uraian di atas dapat diartikan sebagai makna yang langsung berhubungan dengan acuan yang ditunjuk oleh kata atau ujaran. Dapat juga dikatakan bahwa makna referensial merupakan makna unsur bahasa yanga dekat hubungannya dengan dunia luar bahasa, baik berupa objek konkret atau gagasan yang dapat dijelaskan melalui analisis komponen.
5. Makna Piktorikal
Makna piktorikal menurut Shipley (dalam Mansoer Pateda, 2001:122) adalah makna yamg muncul akibat bayangan pendengar ataupembaca terhadap kata yang didengar atau dibaca. Makna piktorikal menghadapkan manusia dengan kenyataan terhadap perasaan yang timbul karena pemahaman tentang makna kata yang diujarkan atau ditulis, misalnya kata kakus, pendengar atau pembaca akan terbayang hal yang berhubungan dengan hal-hal yang berhubungan dengan kakus, seperti kondisi yang berbau, kotoran, rasa jijik, bahkan timbul rasa mual karenanya.
PENUTUP
A. Simpulan
Makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas-batas unsur-unsur penting situasi di mana penutur mengujarnya. makna merupakan hubungan antara bahsa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahsa sehingga dapat saling dimengerti. Batasan tentang pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pandang yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata.
Aspek-aspek makna dalam semantik menurut Mansoer Pateda ada empat hal, yaitu :
1. Pengertian (sense)
2. Nilai rasa (feeling)
3. Nada (tone)
4. Maksud (intention)
Keempat aspek makna di atas memiliki keterkaitan dengan jenis makna yang ada dalam semantik.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Chaer. 1994. Linguistik Umum. Jakarta: Rineka Cipta.
Abdul Wahab. 1995. Teori Semantik. Surabaya: Airlangga University Press.
Aminuddin. 1988. Semantik. Bandung: Sinar Baru.
Fathimah Djajasudarma. 1999. Semantik 2: Pemahaman Makna. Bandung: Refika Aditama.
Harimurti Kridalaksana. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Mansoer Pateda. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta.





MAKALAH ASPEK MAKNA DALAM SEMANTIK
MAKALAH
ASPEK MAKNA DALAM SEMANTIK



PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
IKIP PGRI SEMARANG
2010




KATA PENGANTAR

Kami bersyukur kehadirat Allah Yang Maha Pengasih karena hanya dengan kodrat dan iradat-Nyalah kami mendapatkan kekuatan untuk bersama sehingga berhasil menyusun makalah yang berjudul “Aspek Makana dalam Semantik”.
Banyak pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Untuk itu, kami mengucapkan terima kasih atas banyuan yang kami peroleh selama menyelesaikan makalah ini. Ucapan terimakasih tersebut kami tujukan kepada dosen pengampu yaitu Dr. Sulistiyo, M.Pd dan Mukhlis, S.Pd; M.Pd serta teman-teman semua.
Semoga makalh ini bermanfaat bagi mereka yang ingin menggunakan. Menurut kami, dalam makalah ini masih ada kesalahan serta kekeliruan yang disengaja dibuat. Untuk itu, kami berharap adanya koreksi, kritik dan saran.

Semarang, 22 Maret 2010



BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Makna merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari semantik. Selain itu persoalan makna merupakan persoalan yang menarik dalam kehidupan sehari-hari. Namun pengertian makna sangat sulit ditentukan karena setiap pemakai bahasa memiliki kemampuan dan cara pakai yang berbeda dalam memaknai sebuah ujaran atau kata. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan pemahaman makan baik dari segi pengertian maupun aspek-aspeknya sehingga kita dapat mempelajari semantik secara utuh.

B. RUMUSAN MASALAH
Adapun rumusan masalah dalam makalah ini:
1. Apa pengertian makna ?
2. Apa saja aspek-aspek makna dalam semantik ?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahu dan memahami pengertian makna.
2. Untuk mengetahui dan memahami aspek-aspek makna dalam semantik.




BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Makna
Istilah makna (meaning) merupakan kata dan istilah yang membingungkan. Pengertian dari makna sendiri sangat membingungkan, ada yang mengatakan bahwa makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantic dan selalu melekat dari apa saja yang kita tuturkan.
Pengertian makna dari para ahli, diantaranya:
1. Mansoer pateda mengemukakan bahwa istilah makna merupakan kata-kata dan istilah yang membingungkan dan selalu menyatu pada tuturan kata maupun kalimat.
2. Ullman mengemukakan bahwa makna adalah hubungan antara makna dan pengertian.
3. Ferdinand de Saussure mengungkapkan pengertian makna sbagai pengertian atau konsep yang dimiliki atau terdapat pada suatu tanda linguistic.
4. Bloomfield mengemukakan bahwa makna adalah suatu bentuk kebahasaan yang harus dianalisis dalam batas “unsur” penting situasi dimana penutur mengujarkannya.
5. Aminnudin mengemukakan bahwa makna merupakan hubungan antara bahasa dengan bahasa luar yang disepakati bersama oleh pemakai bahasa sehingga dapat saling mengerti.
Dalam kamus linguistik, pengertian makna dijabarkan menjadi:
1. Maksud pembicara.
2. Pengaruh penerapan bahasa dalam pemakaian persepsi atau perilaku manusia atau kelompok manusia.
3. Hubungan dalam arti kesepakatan atau ketidaksepadanan antara bahasa atau antara ujaran dan semua hal yang ditunjukanya.
4. Cara menggunakan lambang-lambang bahasa.

B. Aspek-aspek Makna
Aspek-aspek makna dalam semantik ada 4 (empat) hal yaitu:
1. Pengertian
Pengertian disebut juga dengan tema. Pengertian ini dapat dicapai apabila pembicara dengan lawan bicaranya atau antara penulis dengan pembaca mempunyai kesamaan bahasa yang diapakai atau disepakati bersama. Lyons mengatakan bahwa pengertian adalah system hubungan-hubungan yang berbeda dengan kata lain diadalam kosa kata. Sedangkan Ulman mengatakan bahwa pengertian adalah informasi lambang yang disampaikan kepada pendengar.
Contoh:
a. Celana ini pendek.
b. Celana ini tidak panjang.
Kalimat (a) dan (b) memiliki satu pengertian, meskipun kata “pendek” diganti dengan ukuran kata “tidak panjang”.
2. Nilai Rasa
Aspek makna yang berhubungan dengan nilai rasa berkaitan dengan sikap pembicara terhadap hal yang dibicarakan. Nilai rasa yang berkaitan dengan makna adalah kata-kata yang berhubungan dengan perasaan, baik yang berhubungan dengan dorongan maupun penilaian. Jadi, setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan nilai rasa dan setiap kata mempunyai makna yang berhubungan dengan perasaan.
Contoh:
 “Saya akan pergi” (menunjuk pada dorongan).v
 “Engkau malas” (menunjuk pada penilaian).v
Kata-kata: Saya, pergi, malas; mempunyai nilai rasa.
3. Nada
Aspek makna nada menurut Shipley adalah sikap pembicara terhadap kawan pembicara. Aspek nada berhubungan pula dengan aspek makna yang bernilai rasa. Dengan kata lain, hubungan antara pembicara dengan pendengar akan menentukan sikap yang tercermin dalam kata-kata yang digunakan.
Contoh:
 “Pulang !” (kata ini menunjukan bahwa pembicara jengkel atau dalam suasana tidak ramah).v
 “Pulang ?” (kata ini menunjukan bahwa pembicara menyindir).v

4. Maksud
Aspek maksud menurut Shipley merupakan maksud senang atau tidak senang, efek usaha keras yang dilaksanakan.
Maksud yang diinginkan dapat bersifat deklarasi, imperative, narasi, pedagogis, persuasi, rekreasi atau politik.
Contoh:
Orang berkata “Hai akan hujan”. Pembicara bermaksud:
a. Cepat-cepat pergi.
b. Bawa payung.
c. Tunda dulu keberangkatan.
Dan masih ada lagi kemungkinan yang tersirat.



BAB III
PENUTUP

A. SIMPULAN
1. Makna adalah bagian yang tidak terpisahkan dari semantik dan selalu melekat atau menyatu pada tuturan kata maupun kalimat.
2. Aspek-aspek makna dalam semantic meliputi: pengertian (sense), nilai rasa (feeling), nada (tone), maksud (intention).

B. SARAN
Dalam mempelajari semantik khususnya aspek makna yang rumit tidak hanya dibutuhkan pengetahuan dan pemahaman, tetapi juga ketelitian dan kekritisan.



DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 2007. Leksikologi dan Leksikografi Indonesia. Jakarata:Rineka Cipta.
Pateda, Mansoer. 2001. Semantik Leksikal. Jakarta:Rineka Cipta.
Setyawan, Adi Susilo. 2009. Aspek Makna dalam Semantik dan Keterkaitanya dengan Jenis-jenis Makna. http//:www.google.com.
Kajian Makna Semantik

KAJIAN MAKNA

1.      Kajian makna lazim disebut “semantik” (Inggris: semantics).
2.      Kata semantik berasal dari bahasa Yunani semantikos artinya penting atau mengandung arti. Semantikos berasal dari kata semainein yang berarti menunjukkan atau menjelaskan tanda.
3.      Tanda atau lambang ini dimaksudkan sebagai tanda lingusitik (Perancis: signelinguistique).
4.      Menurut Ferdinand de Saussure (1916), tanda bahasa itu meliputi signifiant ‘penanda’ dan signifie ‘petanda’.

Tanda Bahasa
Petanda, penanda, dan acuan

Defenisi Makna
1.      Suatu sifat yang intrinsik.
2.      Hubungan dengan benda-benda lain yang
3.      unik, yang sukar dianalisis.
4.      Kata lain tentang suatu kata yang terdapat di
5.      dalam kamus.
6.      Konotasi kata.
7.      Suatu esensi. Suatu aktivitas yang
8.      diproyeksikan ke dalam suatu objek.
a.       Suatu peristiwa yang dimaksud
b.      Keinginan

Perkembangan Kajian Makna
1.                  Plato (429-347 SM) yang juga guru Aristoteles menyatakan bahwa bunyi-bunyi bahasa secara implisit mengandung makna-makna tertentu.
2.                  Aristoteles (384-322 SM), seorang sarjana bangsaYunani, sudah menggunakan istilah makna, sewaktu mendefinisikan kata. Dijelaskannya bahwa kata adalah satuan terkecil yang mengandung makna.
3.                  Bloomfield (1939) menyinggung masalah makna. Misalnya menyebut fonem sebagai unsur bahasa yang berfungsi sebagai pembeda makna kata.

Semantik
1.      Sebagai istilah, kata semantik digunakan untuk bidang linguistik yang mempelajari hubungan antara tanda-tanda atau lambang-lambang dengan hal-hal yang ditandainya, yang disebut makna atau arti.
2.      Istilah lain semantik: semiotika, semiologi, semasiologi, sememik, semik, dan signifik. Namun,istilah semantik lebih umum digunakan dalam studi linguistik karena istilah-istilah yang lainnya itu mempunyai cakupan objek yang lebih luas, yakni mencakup makna tanda pada umumnya.

Syarat Teori Semantik
1.      Meramalkan makna setiap kalimat yang muncul dan didasarkan pada satuan leksikal yang membentuk kalimat tersebut;
2.      Merupakan seperangkat kaidah;
3.      Membedakan kalimat yang secara gramatikal benar dari yang secara semantis salah; dan
4.      Meramalkan makna yang berhubungan dengan struktur leksikal seperti sinonim,antonim, dan homonim 

Semantik Dalam Sistem Bahasa
Bahasa
Sistem, pragmatik, pemakaian
Lisan dan tilisan
Beberapa pendekatan psikologi terhadap makna:
Psikologi behaviotisme = makna merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperolehpemeran dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang dimiliki.
Psikologi kognitif = pemahaman terhadap bentuk kebahasaan ditentukan oleh representasi semantis, kemampuan mengolah proposisi, menata struktur sintaksis, dan memahami fitur semantis.
Psikologi humanistik = makna ditentukan oleh pengetahuan seseorang tentang referen yang diacu serta konteks pemakaian, penyimpulan makna kataberbeda-beda sesuai dengan konteks pemakaian.
Semantik Dengan Sosioantropologi
Dalam menentukan fungsi dan komponen semantik, ada tiga faktor yang terkait, yakni
1.      Ideasional, isi pesan yang ingin disampaikan,
2.      Interpersonal, makna yang hadir dalam peristiwa tuturan, dan
3.      Tekstual, bentuk kebahasaan serta konteks tuturan yang merepresentasikan makna tuturan (halliday, 1978:111). 

Semantik Dengan Sastra
Berbeda dengan bahasa keseharian, bahasa dalam sastra
Memiliki kekhasan karena merupakan salah satu bentuk idiosyncratic, yakni tebaran kata yang digunakan merupakan hasil olahan dan ekspresi individual pengarangnya
Strata makna dalam karya sastra mencakup:
1.      unit makna literal (tersurat),
2.      dunia rekaan pengarang,
3.      dunia dari titik pandang tertentu,
4.      pesan yang bersifat metafisis (ingarden dalam aminudin, 1984:63). 6/4/2010 25 

Pendekatan Dalam Kajian Makna
 Pendekatan berdasarkan tiga fungsi bahasa:
1.      Pendekatan referensial
2.      Pendekatan ideasional
3.      Pendekatan behavioral

Pendekatan Referensial/Realisme
1.      Bahasa berfungsi sebagai wakil realitas.
2.      Wakil realitas itu menyertai proses berpikir manusia secara individual.
3.      Berpusat pada pengolahan makna suatu realitas secara benar.
4.      Adanya kesadaran pengamatan terhadap fakta dan penarikan kesimpulan secara subjektif.
5.      Makna merupakan julukan atau label yang berada dalam kesadaran manusia untuk menunjuk dunia luar.
6.      Membedakan makna dasar (denotatif) dari maknatambahan (konotatif). 

Pendekatan Idesional
1.      Bahasa berfungsi sebagai media dalam mengolah pesan dan menerima informasi.
2.      Makna muncul dalam kegiatan komunikasi.
3.      Makna merupakan gambaran gagasan dari suatu bentuk bahasa yang arbriter, tetapi konvensional sehingga dapat dimengerti.
4.      Kegiatan berpikir manusia adalah kegiatan berkomunikasi lewat bahasa.
5.      Bahasa merupakan pengemban makna untuk mengkomunikasikan gagasan.
6.      Bahasa memiliki status yang sentral. karena itu, apabila:

◦ salah berbahasa dalam berpikir, pesan tak tepat; dan
◦ bahasa dalam berpikir benar, kode salah, informasi akan menyimpang.

Pendekatan Behavioral/Kontekstual
1.      Bahasa berfungsi sebagai fakta sosial yang mampu menciptakan berbagai bentuk   komunikasi
2.      Makna merupakan anggapan atas berbagai konteks situasi ujaran (speech act)
3.      Kemunculan makna bergantung pada konteks situasi dan sosiokultural.
4.      Konteks sosiokultural dan konteks situasional merupakan suatu sistem yang berada di luar
5.      bahasa, tetapi mewarnai keseluruhan sistem bahasa.

Ujaran manusia itu mengandung makna yang utuh.
Keutuhanmakna itu merupakan perpaduan dari empat aspek, yakni
1. Pengertian (sense),
2. Perasaan (feeling),
3. Nada (tone), dan
4. Amanat ((intension).
 Memahami aspek itu dalam seluruh konteks adalah bagian dari usaha untuk memahami makna dalam komunikasi (Shipley, 1962;263).
Perasaan adalah aspek makna yang bersifat subyektif, yakni sikap penyapa terhadap tema atau pokok pembicaraan. Misalnya, sedih,gembira, dan marah.
Nada adalah aspek makna yang bersifat subyektif, yakni sikap panyapa terhadap pesapanya.Pesapa yang berlainan akan mempengaruhi pilihan kata (diksi) dan cara penyampaian amanat. Karena itu, relasi penyapa dan pesapa melahirkan nada tertentu dalam komunikasi. Misalnya: sinis, ironi, dan imperatif
Amanat adalah aspek makna yang berupa maksud dan tujuan yang ingin dicapai olehpenyapa, berupa sampainya ide panyapa kepada pesapa secara tepat. Amanat berkaitan dengan maksud penyapa serta penafsiran dari pesapa. Jika amanat tidak diterima dengan tepat oleh pesapa, maka akan timbul salah paham atau salah komunikasi. Karena itu, amanat sebenarnya merupakan pesan penyapa yang telah diterima oleh pesapa.
Tanda memiliki hubungan yang langsung dengan kenyataan, sedangkan lambang meimiliki hubungan yang tidak langsung dengan kenyataan. Tanda dalam bentuk bunyi ujaran atau hurufhuruf huruf disebut lambang. Lambang juga merupakan tanda, tetapi tidak secara langsung, melainkan melalui sesuatu yang lain. Warna merah, misalnya, merupakan lambang ‘keberanian’.
1.      Tanda yang ditimbulkan oleh alam;
2.      Tanda yang ditimbulkan oleh binatang;
3.      Tanda yang ditimbulkan oleh manusia, terbagi atas:

Acuan Atau Referen
Acuan atau referen adalah sesuatu yang ditunjuk atau diacu, berupa benda dalam kenyataan, atau sesuatu yang dilambangkan dan dimaknai. Acuan merupakan unsur luar bahasa yang ditunjuk oleh unsur bahasa. Misalnya, benda yang disebut ‘rumah’ adalah referen dari kata rumah.
Makna merupakan hubungan antara lambang dan acuannya. Batasan makna ini sama dengan istilah  pikiran atau referensi (Ogden & Pichards, 1923:11) atau konsep (Lyons, 1977:96).Hubungan antara makna dengan lambang dan acuan sama, yakni bersifat langsung.

Makna Leksikal
 Makna leksikal adalah makna unsur-unsur bahasa (leksem) sebagai lambang benda, peristiwa, obyek,dan lain-lain. Makna ini dimiliki unsur bahasa lepasdari penggunaan atau konteksnya. makna leksikal adalah gambaran nyata tentang suatu benda, hal, konsep, obyek dan lain-lain, seperti yang dilambangkan oleh kata.
Makna langsung atau konseptual adalah makna kata atau leksem yang didasarkan atas penunjukkan yang langsung (lugas) pada suatu hal atau onyek di luar bahasa. Makna langsung atau makna lugas bersifat obyektif, karena langsung menunjuk obyeknya. Makna langsung disebut juga dengan beberapa istilah seperti makna denotatif, makna referensial, makna kognitif, makna ideasional,makna konseptual, makna logikal, makna proposional, dan makna pusat.
Makna luas atau makna umum ialah makna yang lebih luas atau lebih umum dari makna pusatnya; makna yang terkandung dalam sebuah leksem lebih luas dari yang kita perkirakan
Makna sempit atau makna khusus adalah makna ujran yang lebih sempit atau khusus dari pada makna pusatnya. Misalnya, kata ahlibermakna ‘orang yang mahir atau pandai dalam segala ilmu pengetahuan’, tetapi makna ahli dalam kalimat: Prof. Dr. H. Yus Rusyana adalah ahli sastra
Makna kiasan atau asosiatif adalah makna kata atau leksem yang didasarkan atas perasaan atau pikiran yang timbul padapenyapa dan pesapa. Makna ini muncul sebagai akibat asosiasi perasaan pemakai bahasa terhadap leksem yang dilafalkan atau didengarnya
Makna konotatif adalah makna yang tidak langsung menunjukkan hal, benda, atau obyek yang diacunya, biasanya mengandung perasaan, kenangan, dan tafsiran terhadap obyek lain. Makna konotatif merupakan pemakaian makna yang tidak sebenarnya.

Makna Afektif
 Makna afektif adalah makna yang timbul sebagai akibat reaksi pesapa terhadap penggunaan bahasa dalam dimensi rasa. Makna ini berhubungan dengan perasaan yang timbul setelah pesapa mendengar atau membaca sesuatu kata sehingga menunjukkan adanya nilai emosional karena itu, makna afektif disebut juga makna emotif.
Makna Piktorial
 Makna piktorial atau makna tak pantas muncul sebagai akibat bayangan pesapa terhadap kata yang didengar atau dibacanya. Kata-kata yang kurang pantas biasanya dianggap tabu, kurang sopan, atau menjijikan sehingga penyapa sering dicela sebagai orang yang kurang sopan. 

Makna Gereplektif
 Makna gereplektif atau makna pantangan adalah makna yang muncul akibat reaksi pemakai bahasa terhadap makna lain. Makna ini terdapat pada kata-kata yang berhubungan dengan kepercayaan masayarakat kepada hal-hal yang bersifat kepercayaan (magis). 

Makna Kolokatif
 Kolokasi adalah seluruh kemungkinan adanya beberapa kata dalam lingkungan yang sama. Misalnya, garam, gula, lada, bumbu, cabe berkolokasi dengan bumbu masak. Kolokasi merupakan sosialisasi yangtetap antara kata dengan kata-kata tertentu yang lain.
Idiom atau ungkapan adalah konstruksi unsur bahasa yang saling memilih, masing-masing unsurnya mempunyai makna yang ada karena bersama yang lain. Idiom merupakan kosntruksi bahasa yang maknanya tidak sama dengan gabungan makna unsur-unsurnya.
Makna gramatikal adalah makna struktural yang muncul sebagai akibat hubungan antara unsur-unsur gramatikal dalam satuan gramatikal yang lebih besar. Misalnya, hubungan morfem dan morfem dalam kata, kata dan kata lain dalam frasa atau klausa, frasa dan frasa dalam klausa atau kalimat

Makna Tematis
 Makna tematis adalah makna yang muncul sebagai akibat penyapa memberi penekanan atau fokus pembicaraan pada salah satu bagian kalimat.
Bahasa itu relatif berubah. Perubahan bahasa berupa penggantian ciri-ciri bahasa dari satutahap ke tahap lain. Perubahan bahasa dapat terjadi dalam dua lapisan, baik lapisan bentuk maupun lapisan makna. Perubahan bentuk bahasa akan mengakibatkan perubahan maknanya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar