Kamis, 14 Juni 2012

konsep dasar psikolinguistik


KONSEP DASAR PSIKOLINGUISTIK
·      Orang pada umumnya tidak merasakan bahwa menggunakan bahasa merupakan suatu keterampilan yang luar biasa rumitnya. Pemakaian bahasa  terasa lumrah karena memang tanpa diajari oleh siapa pun. Seorang bayi akan tumbuh bersamaan dengan pertumbuhan bahasanya.

·      Umur satu tahun sampai dengan satu setengah tahun seorang bayi mulai mengeluarkan bentuk-bentuk bahasa yang telah dapat kita identifikasi sebagai kata.


·      Ujaran satu kata ini tumbuh menjadi ujaran dua kata dan akhirnya menjadi kalimat yang kompleks menjelang umur empat atau lima tahun.

·      Setelah kita dewasa, kita memakai bahasa seolah-olah tanpa berpikir.

·      Contoh ketika kita berada di kebun binatang kita dapat mengatakan Lihat, tuh, singanya besar, ya. Suatu saat kita berada di pasar atau pusat perbelanjaan kita bisa saja mengatakan Kita makan siomay aja ya.

·      Seandainya kita mengalami kekeliruan dalam berbicara, pilihan kata yang keliru pastilah tidak jauh dari kata yang kita inginkan, baik dari segi bunyinya atau maknanya.
Contoh: Lihat, tuh harimaunya padahal maksudnya adalah singa, tidak mungking mengatakan Lihat, tuh, sepatunya.
·      Begitu pula kalau kita terkilir lidah (slip of the tongue). Kata yang terkilirkan itu pastilah tidak jauh dari kata aslinya atisipasi oleh pelawak menjadi antisisapi. Meskipun tidak tau alasannya pelawak tersebut mempunyai intuisi untuk memilih kekeliruan yang tepat.

·      Contoh: antisipasi – antisisapi
       Kepala – kelapa
Contoh tersebut menunjukkan bahwa dalam kita berbahasa kita melakukan aktivitas mental yang kemudian tertuang dalam wujud bahasa yang kita pakai.

SEJARAH PSIKOLINGUISTIK
·      Psikolinguistik adalah ilmu hibrida (gabungan) yakni ilmu yang merupakan gabungan antara dua ilmu yaitu psikologi dan linguistik.

·      Pada abad ke 20 seorang psikolog Jerman Wilhelm Wundt menyatakan bahwa bahasa dapat dijelaskan dengan dasar prinsip-prinsip psikologis. Pada waktu itu telaah bahasa mulai mengalami perubahan dari sifatnya yang estetik dan cultural ke suatu pendekatan yang ilmiah.

·      Sementara itu di benua Amerika perkembangan psikolinguistik dibagi menjadi empat tahap
a. Tahap formatif
1. Pada pertengahan abad ke dua puluh John W. Gardner, seorang psikolog dari Carnegie Corporation, Amerika, mulai menggagas hibridasi (penggabungan) kedua ilmu ini.
2. John B. Carroll pada tahun 1951 mengkaitan kedua disiplin ilmu ini di Universitas Cornell
mengkaitkan disiplin ilmu ini.
3. Universitas Indiana  juga menggabungkan atau mengkaitkan psikologi dan linguistik pada tahun 1953, dengan mempertemukan para ahli ilmu jiwa dan ahli bahasa dan pada saat inilah istilah psikolinguistik pertama kali dipakai.

b. Tahap Linguistik
1. Tahap ilmu linguistik semula berorientasi pada aliran behaviorisme dan kemudian beralih ke mentalisme (nativisme) pada tahun 1957
2. Didukung pula oleh neurolinguistik yaitu menunjukkan bahwa manusia ditakdirkan memiliki otak yang berbeda dengan yang yang lain baik dalam struktur maupun fungsinya.
3. Pada bagian manusia ada bagian-bagian otak yang dikhususkan untuk kebahasaan sedangkan pada bagian binatang tidak ada.
4. Sedangkan secara biolinguistik manusia juga ditakdirkan memiliki struktur biologi yang lain dengan binatang. Misalnya mulut manusia memiliki struktur yang sedemikian rupa sehingga memungkinkan mengeluarkan bunyi yang berbeda-beda. Ukuran ruang mulut dalam bandingannya dengan lidah, kelenturan lidah, dan tipisnya bibir membuat manusia mampu untuk menggerak-gerakkan secara mudah dan untuk menghasilkan bunyi.
5. Kaitan antara neurobiology mendukung pandangan Chomsky yang mengatakan bahwa pertumbuhan bahasa pada manusia itu terprogram secara genetik.
6. Pandangan Chomsky mengatakan bahwa pertumbuhan bahasa pada manusia tidak ada bedanya dengan pertumbuhan payudara atau kumis pada manusia.
7. Waktu dilahirkan, manusia sudah dibekali dengan faculties of the mind (kapling minda) bagian yang khusus diciptakan untuk pemerolehan bahasa.
8. Menurut Chomsky manusia memiliki bekal kodrati (innate properties) waktu lahir dan bekal inilah yang kemudian membuatnya mampu untuk mengembangkan bahasa.
9. Orang telah banyak melakukan penelitian dan mencoba mengajar binatang untuk berbahasa, tetapi tidak ada satu pun dari mereka yang berhasil.
10. Ketidakberhasilan penelitian membuktikan bahwa pemerolehan bahasa adalah unik untuk manusia (species specific) hanya manusialah yang dapat berbahasa.
11. Makhluk lain dapat melakukan banyak hal, termasuk hal-hal yang dilakukan manusia, tetapi kemampuan mereka terbatas hanya pada ihwal yang non verbal. Begitu pada ihwal yang verbal di situlah mereka menjadi berbeda dengan manusia.

c. Tahap Kognitif
1. Pada tahap ini psikolinguistik mulai mengarah pada peran kognisi dan landasan biologis manusia dalam pemerolehan bahasa.
2. Pada tahap ini orang juga mulai berbicara tentang peran biologi pada bahasa karena mereka mulai merasa bahwa biologi merupakan landasan di mana bahasa itu tumbuh.
3. Chomsky dan Lenneberg mengatakan bahwa pertumbuhan bahasa seorang manusia itu terkait secara genetic dengan pertumbuhan biologinya.

d. Tahap Teori Psikolinguistik
Pada tahap akhir ini psikolinguistik tidak lagi berdiri sebagai ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu lain karena pemerolehan dan penggunaan bahasa manusia menyangkut cabang ilmu pengetahuan yang lain
a. neurologi : kemampuan berbahasa manusia ternyata bukan karena lingkungan tetapi karena kodrat neurologis yang dibawa sejak lahir. Tanpa otak dengan fungsi-fungsinya yang kita miliki seperti sekarang ini mustahilah manusia dapat berbahasa.
b. filsafat (sebagai induk pengetahuan): apa pengetahuan itu dan bagaimana pengetahuan itu.
c. primatologi dan genetika: bagaimana genetika terkait dengan pertumbuhan bahasa.

DEFINISI PSIKOLINGUISTIK
·         Aitchison: suatu studi tentang bahasa dan minda.
·         Harley: suatu studi tentang proses-proses mental dalam pemakaian bahasa.
·         Clark: meyatakan bahwa psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal utama yaitu:
a. Komprehensif : yakni proses-proses mental yang dilalui oleh manusia sehingga mereka dapat menangkap apa yang dikatakan orang dan memahami apa yang dimaksud.
b. produksi: proses-proses mental pada diri kita yang membuat kita dapat berujar seperti yang kita ujarkan.
c. landasan biologis (alat komunikasi) dan neurologis (otak/kognisi): yang membuat orang bisa berbahasa
d. pemerolehan bahasa: bagaimana anak memperoleh bahasa.

·      KODRAT BAHASA
Bahasa dalam pandangan kaum mentalis atau nativis.
Contoh: kalau kita melihat induk ayam dengan anak-anaknya seringkali kita mendengar sang induk mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu dan dalam waktu sekejap anak-anak ayam bersebaran mengahmpiri sang induk. Setelah kita perhatikan ternyata sang induk mngeluarkan bunyi-bunyi itu untuk memberitahu anak-anaknya bahwa dia menemukan makanan untuk mereka.

·         Dari contoh tersebut ayam dapat berkomunikasi dengan memakai bahasa mereka sendiri.  begitu pula manusia. Kita dapat berkomunikasi dengan bahasa kita.

·         Lalu apakah bahasa manusia sama dengan bahasa ayam/binatang?

·         Ciri khsus yang membedakan antara bahasa manusia dan bahasa binatang
1. Bahasa manusia memiliki ketergantungan struktur (struktur dependence) suatu rentetan kata dalam kalimat tidak membentuk rentetan yang acak tetapi satu bergantung pada yang lain.
Contoh : Orang tua itu//harus mencangkul//ladang kering. bukan dengan Orang tua//harus mencangkul ladang//kering.
Ketergantungan ini menunjukkan bahwa init yang umumnya dinamakan konstituen, membentuk suatu hierarkie dan merupkan realita psikologi, bukan hanya sekedar penggabungan yang tanpa alas an, karena ketika dibaca dengan pemisahan yang tidak berdasarkan konstituen kalimat itu akan sukar dimengerti.
2. Bahasa manusia itu keatif, karena memiliki kemampuan untuk memahami dan mengujarkan ujaran baru mana pun.
Contoh: Kamu tu cantik, baik, lucu, imut, nyambung jika saya ajak ngomong, sebenarnya saya suka sama kamu.
Dari contoh tersebut intinya ingin menyatakan cinta “saya suka sama kamu” tapi manusia bisa mengatakan kata-kata sampai memori kita membatasinya. Bahasa juga kreatif karena tidak dikontrol oleh factor eksternal.
Contoh: Bila seorang manusia kakinya terinjak oleh orang lain waktu naik bus. Reaksi verbal yang akan diberikan tidak dapat diramalkan. Dia bisa berteriak “aduuuuuh”atau dia bisa mengumpat “Matanya liat dong kalo jalan”. Tetapi ada pula yang mungkin berkata “Aduh cantiknya cewek itu”
Reaksi ini akan berbeda dengan binatang bila seekor kucing terinjak pasti akan berteriak “ngeong” dan bahkan pula dia mencoba menggigit si penginjak.

3. Bahasa dapat dipakai untuk mengungkapkan situasi atau peristiwa yang sudah lampau atau yang belum terjadi dan bahkan untuk sesuatu yang dibayangkan. Struktur bahasa memungkinkan kita untuk berbicara tentang peristiwa yang terjadi kemarin atau bahkan ratusan tahun yang lalu. Bahasa manusia memungkinkan kita untuk berbicara soal hujan kemarin sore atau soal Patih Gajah Mada dari kerajaan kuno Majapahit. Struktur bahasa yang memungkinkan kita untuk berbincang tentang apapun yang kita rencanakan atau akan terjadi di masa depan. Kita bahkan mampu berbicara tentang angan-angan atau impian. Hal seperti ini tidak terdapat pada alat komunikasi binatang.
4. Bahasa memiliki struktur ganda yang dinamakan struktur batin (deep structure) dan struktur lahir (surface structure).
     Struktur lahir sama tetapi struktur batin berbeda.
     Contoh: Orang itu tangan panjang (bentuk tangannya yang panjang)
                   Orang itu tangan panjang (maling)
     Struktur lahir berbeda tetapi struktur batin sama.
     Contoh: Orang itu memukuli saya dan Saya dipukuli oleh orang itu.
     Jadi, dapat disimpulkan
a. Satu kalimat dapat memiliki struktur batin dan struktur lahir yang sama.
b. Satu kalimat dapat memiliki dua struktur batin yang berbeda.
c. Dua kalimat yang tampak memiliki struktur lahir yang sama ternyata dapat memiliki struktur lahir yang berbeda.
d. Dua klimat yang memiliki dua struktur lahir yang berbeda ternyata dapat memiliki satu struktur batin yang sama.
5. Bahasa itu diperoleh secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi yang lain. Anak Sunda yang dilahirkan dan dibesarkan di keluarga Sunda akan memperoleh bahasa Sunda. Namun bahasa mana yang diperoleh oleh anak tergantung pada masukan dari masyarakat di mana anak tinggal. Seorang anak yang lahir di Bandung dan bergaul dengan masyarakat Bandung akan memperoleh bahasa Sunda meskipun orang tuanya dari Jawa. Sebaliknya anak dari ayah dan ibu Sunda yang lahir di Solo dan berbaur dengan masyarakat Surakarta kemungkinan besarnya akan memperoleh bahasa Jawa.

     Hal ini tidak terjadi pada binatang. Seekor anak kucing akan tetap mengeong kalaupun ia ditinggalkan induknya dan dibesarkan oleh manusia yang merawatnya. Kucing di Jakarta dan kucing di London akan mengeong dengan bunyi yang sama meskipun mereka di besarkan dalam dua lingkungan yang berbeda.
6. Hubungan antara kata dan benda arbitrer. Tidak ada alasan mengapa suatu benda kita namakan nasi dan suatu perbuatan kita namakan lari. Kaitan ini semata-mata merupakan konvensi (persetujuan) di antara para pemakai bahasa itu. Karena itulah maka orang Inggris mengatakan rice dan run. Sedangkan orang Jawa mengatakan sego dan mlayu.
7. Bahasa memiliki pola dualitas, artinya bunyi-bunyi itu sendiri sebenarnya tidak mempunyai makna dan baru bermakna setelah bunyi-bunyi itu kita gabungkan. Bunyi /k/, /s/, /a/ secara terpisah tidak memiliki makna. Tetapi setelah digabungkan menjadi memiliki makna yaitu “kas”
8. Ciri kedelapan adalah bahwa bahasa itu memiliki semantisitas, artinya bahwa begitu suatu nama diberikan maka nama itu akan selalu merujuk kepada konsep benda itu, meskipun benda itu sebenarnya tidak memenuhi syarat untuk nama itu.
     Contoh : kursi, maka bila suatu saat kita melihat ada kursi yang kakinya patah satu, kita tetap akan menamakannya kursi, begitupula jika landasannya bolong.



2 komentar:

  1. Sebelumnya makasih atas postingannya, kak. 😊
    Sumbernya dari buku apa ya kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Psikologuistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia oleh Soenjono Dardjowidjojo

      Hapus