KONSEP
DASAR PSIKOLINGUISTIK
·
Orang pada umumnya tidak merasakan bahwa
menggunakan bahasa merupakan suatu keterampilan yang luar biasa rumitnya.
Pemakaian bahasa terasa lumrah karena
memang tanpa diajari oleh siapa pun. Seorang bayi akan tumbuh bersamaan dengan
pertumbuhan bahasanya.
·
Umur satu tahun sampai dengan satu
setengah tahun seorang bayi mulai mengeluarkan bentuk-bentuk bahasa yang telah
dapat kita identifikasi sebagai kata.
·
Ujaran satu kata ini tumbuh menjadi
ujaran dua kata dan akhirnya menjadi kalimat yang kompleks menjelang umur empat
atau lima tahun.
·
Setelah kita dewasa, kita memakai bahasa
seolah-olah tanpa berpikir.
·
Contoh ketika kita berada di kebun
binatang kita dapat mengatakan Lihat,
tuh, singanya besar, ya. Suatu saat kita berada di pasar atau pusat
perbelanjaan kita bisa saja mengatakan Kita
makan siomay aja ya.
· Seandainya
kita mengalami kekeliruan dalam berbicara, pilihan kata yang keliru pastilah
tidak jauh dari kata yang kita inginkan, baik dari segi bunyinya atau maknanya.
Contoh: Lihat, tuh harimaunya padahal maksudnya
adalah singa, tidak mungking
mengatakan Lihat, tuh, sepatunya.
· Begitu
pula kalau kita terkilir lidah (slip of
the tongue). Kata yang terkilirkan itu pastilah tidak jauh dari kata
aslinya atisipasi oleh pelawak menjadi antisisapi. Meskipun tidak tau alasannya
pelawak tersebut mempunyai intuisi untuk memilih kekeliruan yang tepat.
· Contoh:
antisipasi – antisisapi
Kepala – kelapa
Contoh tersebut menunjukkan bahwa dalam
kita berbahasa kita melakukan aktivitas mental yang kemudian tertuang dalam
wujud bahasa yang kita pakai.
SEJARAH
PSIKOLINGUISTIK
· Psikolinguistik
adalah ilmu hibrida (gabungan) yakni ilmu yang merupakan gabungan antara dua
ilmu yaitu psikologi dan linguistik.
· Pada
abad ke 20 seorang psikolog Jerman Wilhelm Wundt menyatakan bahwa bahasa dapat
dijelaskan dengan dasar prinsip-prinsip psikologis. Pada waktu itu telaah
bahasa mulai mengalami perubahan dari sifatnya yang estetik dan cultural ke
suatu pendekatan yang ilmiah.
· Sementara
itu di benua Amerika perkembangan psikolinguistik dibagi menjadi empat tahap
a.
Tahap formatif
1. Pada pertengahan
abad ke dua puluh John W. Gardner, seorang psikolog dari Carnegie Corporation,
Amerika, mulai menggagas hibridasi (penggabungan) kedua ilmu ini.
2. John B. Carroll pada
tahun 1951 mengkaitan kedua disiplin ilmu ini di Universitas Cornell
mengkaitkan disiplin
ilmu ini.
3. Universitas
Indiana juga menggabungkan atau
mengkaitkan psikologi dan linguistik pada tahun 1953, dengan mempertemukan para
ahli ilmu jiwa dan ahli bahasa dan pada saat inilah istilah psikolinguistik
pertama kali dipakai.
b.
Tahap Linguistik
1. Tahap ilmu linguistik
semula berorientasi pada aliran behaviorisme dan kemudian beralih ke mentalisme
(nativisme) pada tahun 1957
2. Didukung pula oleh
neurolinguistik yaitu menunjukkan bahwa manusia ditakdirkan memiliki otak yang
berbeda dengan yang yang lain baik dalam struktur maupun fungsinya.
3. Pada bagian manusia
ada bagian-bagian otak yang dikhususkan untuk kebahasaan sedangkan pada bagian
binatang tidak ada.
4. Sedangkan secara
biolinguistik manusia juga ditakdirkan memiliki struktur biologi yang lain
dengan binatang. Misalnya mulut manusia memiliki struktur yang sedemikian rupa
sehingga memungkinkan mengeluarkan bunyi yang berbeda-beda. Ukuran ruang mulut
dalam bandingannya dengan lidah, kelenturan lidah, dan tipisnya bibir membuat
manusia mampu untuk menggerak-gerakkan secara mudah dan untuk menghasilkan
bunyi.
5. Kaitan antara
neurobiology mendukung pandangan Chomsky
yang mengatakan bahwa pertumbuhan bahasa pada manusia itu terprogram secara
genetik.
6. Pandangan Chomsky
mengatakan bahwa pertumbuhan bahasa pada manusia tidak ada bedanya dengan
pertumbuhan payudara atau kumis pada manusia.
7. Waktu dilahirkan,
manusia sudah dibekali dengan faculties
of the mind (kapling minda) bagian yang khusus diciptakan untuk pemerolehan
bahasa.
8. Menurut Chomsky
manusia memiliki bekal kodrati (innate
properties) waktu lahir dan bekal inilah yang kemudian membuatnya mampu
untuk mengembangkan bahasa.
9. Orang telah banyak
melakukan penelitian dan mencoba mengajar binatang untuk berbahasa, tetapi
tidak ada satu pun dari mereka yang berhasil.
10. Ketidakberhasilan
penelitian membuktikan bahwa pemerolehan bahasa adalah unik untuk manusia (species specific) hanya manusialah yang
dapat berbahasa.
11. Makhluk lain dapat
melakukan banyak hal, termasuk hal-hal yang dilakukan manusia, tetapi kemampuan
mereka terbatas hanya pada ihwal yang non verbal. Begitu pada ihwal yang verbal
di situlah mereka menjadi berbeda dengan manusia.
c.
Tahap Kognitif
1. Pada tahap ini
psikolinguistik mulai mengarah pada peran kognisi dan landasan biologis manusia
dalam pemerolehan bahasa.
2. Pada tahap ini orang
juga mulai berbicara tentang peran biologi pada bahasa karena mereka mulai
merasa bahwa biologi merupakan landasan di mana bahasa itu tumbuh.
3. Chomsky dan
Lenneberg mengatakan bahwa pertumbuhan bahasa seorang manusia itu terkait
secara genetic dengan pertumbuhan biologinya.
d.
Tahap Teori Psikolinguistik
Pada tahap akhir ini psikolinguistik
tidak lagi berdiri sebagai ilmu yang terpisah dari ilmu-ilmu lain karena
pemerolehan dan penggunaan bahasa manusia menyangkut cabang ilmu pengetahuan
yang lain
a.
neurologi : kemampuan berbahasa manusia ternyata bukan karena
lingkungan tetapi karena kodrat neurologis yang dibawa sejak lahir. Tanpa otak
dengan fungsi-fungsinya yang kita miliki seperti sekarang ini mustahilah
manusia dapat berbahasa.
b.
filsafat (sebagai induk pengetahuan): apa pengetahuan itu
dan bagaimana pengetahuan itu.
c.
primatologi dan genetika: bagaimana
genetika terkait dengan pertumbuhan bahasa.
DEFINISI
PSIKOLINGUISTIK
·
Aitchison:
suatu studi tentang bahasa dan minda.
·
Harley:
suatu studi tentang proses-proses mental dalam pemakaian bahasa.
·
Clark:
meyatakan bahwa psikologi bahasa berkaitan dengan tiga hal utama yaitu:
a.
Komprehensif : yakni proses-proses
mental yang dilalui oleh manusia sehingga mereka dapat menangkap apa yang
dikatakan orang dan memahami apa yang dimaksud.
b.
produksi: proses-proses mental pada diri kita yang membuat
kita dapat berujar seperti yang kita ujarkan.
c. landasan biologis
(alat komunikasi) dan neurologis (otak/kognisi): yang
membuat orang bisa berbahasa
d.
pemerolehan bahasa: bagaimana anak
memperoleh bahasa.
· KODRAT BAHASA
Bahasa
dalam pandangan kaum mentalis atau nativis.
Contoh:
kalau kita melihat induk ayam dengan anak-anaknya seringkali kita mendengar
sang induk mengeluarkan bunyi-bunyi tertentu dan dalam waktu sekejap anak-anak
ayam bersebaran mengahmpiri sang induk. Setelah kita perhatikan ternyata sang
induk mngeluarkan bunyi-bunyi itu untuk memberitahu anak-anaknya bahwa dia
menemukan makanan untuk mereka.
·
Dari contoh tersebut ayam dapat
berkomunikasi dengan memakai bahasa mereka sendiri. begitu pula manusia. Kita dapat berkomunikasi
dengan bahasa kita.
·
Lalu apakah bahasa manusia sama dengan
bahasa ayam/binatang?
·
Ciri khsus yang membedakan antara bahasa
manusia dan bahasa binatang
1.
Bahasa manusia memiliki ketergantungan struktur (struktur dependence) suatu rentetan kata dalam kalimat tidak
membentuk rentetan yang acak tetapi satu bergantung pada yang lain.
Contoh
: Orang tua itu//harus mencangkul//ladang kering. bukan dengan Orang tua//harus mencangkul ladang//kering.
Ketergantungan ini
menunjukkan bahwa init yang umumnya dinamakan konstituen, membentuk suatu
hierarkie dan merupkan realita psikologi, bukan hanya sekedar penggabungan yang
tanpa alas an, karena ketika dibaca dengan pemisahan yang tidak berdasarkan
konstituen kalimat itu akan sukar dimengerti.
2.
Bahasa manusia itu keatif, karena memiliki kemampuan untuk memahami dan
mengujarkan ujaran baru mana pun.
Contoh:
Kamu tu cantik, baik, lucu, imut, nyambung jika saya ajak ngomong, sebenarnya
saya suka sama kamu.
Dari contoh tersebut
intinya ingin menyatakan cinta “saya suka sama kamu” tapi manusia bisa
mengatakan kata-kata sampai memori kita membatasinya. Bahasa juga kreatif karena
tidak dikontrol oleh factor eksternal.
Contoh: Bila seorang
manusia kakinya terinjak oleh orang lain waktu naik bus. Reaksi verbal yang
akan diberikan tidak dapat diramalkan. Dia bisa berteriak “aduuuuuh”atau dia bisa mengumpat “Matanya liat dong kalo jalan”. Tetapi ada pula yang mungkin
berkata “Aduh cantiknya cewek itu”
Reaksi ini akan berbeda
dengan binatang bila seekor kucing terinjak pasti akan berteriak “ngeong” dan bahkan pula dia mencoba
menggigit si penginjak.
3.
Bahasa dapat dipakai untuk mengungkapkan situasi atau peristiwa yang sudah
lampau atau yang belum terjadi dan bahkan untuk sesuatu yang dibayangkan.
Struktur bahasa memungkinkan kita untuk berbicara tentang peristiwa yang
terjadi kemarin atau bahkan ratusan tahun yang lalu. Bahasa manusia
memungkinkan kita untuk berbicara soal hujan kemarin sore atau soal Patih Gajah
Mada dari kerajaan kuno Majapahit. Struktur bahasa yang memungkinkan kita untuk
berbincang tentang apapun yang kita rencanakan atau akan terjadi di masa depan.
Kita bahkan mampu berbicara tentang angan-angan atau impian. Hal seperti ini
tidak terdapat pada alat komunikasi binatang.
4.
Bahasa memiliki struktur ganda yang dinamakan struktur batin (deep structure) dan struktur lahir (surface structure).
Struktur
lahir sama tetapi struktur batin berbeda.
Contoh: Orang itu tangan
panjang (bentuk tangannya yang panjang)
Orang itu tangan
panjang (maling)
Struktur
lahir berbeda tetapi struktur batin sama.
Contoh: Orang itu memukuli saya dan
Saya dipukuli oleh orang itu.
Jadi, dapat
disimpulkan
a.
Satu
kalimat dapat memiliki struktur batin dan struktur lahir yang sama.
b. Satu kalimat dapat memiliki dua struktur batin
yang berbeda.
c. Dua kalimat yang tampak memiliki struktur lahir
yang sama ternyata dapat memiliki struktur lahir yang berbeda.
d. Dua klimat yang memiliki dua struktur lahir yang
berbeda ternyata dapat memiliki satu struktur batin yang sama.
5. Bahasa itu diperoleh secara turun-temurun dari
satu generasi ke generasi yang lain. Anak Sunda yang dilahirkan dan dibesarkan
di keluarga Sunda akan memperoleh bahasa Sunda. Namun bahasa mana yang diperoleh
oleh anak tergantung pada masukan dari masyarakat di mana anak tinggal. Seorang
anak yang lahir di Bandung dan bergaul dengan masyarakat Bandung akan
memperoleh bahasa Sunda meskipun orang tuanya dari Jawa. Sebaliknya anak dari
ayah dan ibu Sunda yang lahir di Solo dan berbaur dengan masyarakat Surakarta
kemungkinan besarnya akan memperoleh bahasa Jawa.
Hal ini
tidak terjadi pada binatang. Seekor anak kucing akan tetap mengeong kalaupun ia
ditinggalkan induknya dan dibesarkan oleh manusia yang merawatnya. Kucing di
Jakarta dan kucing di London akan mengeong dengan bunyi yang sama meskipun
mereka di besarkan dalam dua lingkungan yang berbeda.
6. Hubungan antara kata dan benda arbitrer. Tidak
ada alasan mengapa suatu benda kita namakan nasi
dan suatu perbuatan kita namakan lari.
Kaitan ini semata-mata merupakan konvensi (persetujuan) di antara para pemakai
bahasa itu. Karena itulah maka orang Inggris mengatakan rice dan run. Sedangkan
orang Jawa mengatakan sego dan mlayu.
7. Bahasa memiliki pola dualitas, artinya
bunyi-bunyi itu sendiri sebenarnya tidak mempunyai makna dan baru bermakna
setelah bunyi-bunyi itu kita gabungkan. Bunyi /k/, /s/, /a/ secara terpisah
tidak memiliki makna. Tetapi setelah digabungkan menjadi memiliki makna yaitu “kas”
8. Ciri kedelapan adalah bahwa bahasa itu memiliki
semantisitas, artinya bahwa begitu suatu nama diberikan maka nama itu akan
selalu merujuk kepada konsep benda itu, meskipun benda itu sebenarnya tidak
memenuhi syarat untuk nama itu.
Contoh :
kursi, maka bila suatu saat kita melihat ada kursi yang kakinya patah satu,
kita tetap akan menamakannya kursi, begitupula jika landasannya bolong.
Sebelumnya makasih atas postingannya, kak. 😊
BalasHapusSumbernya dari buku apa ya kak?
Psikologuistik: Pengantar Pemahaman Bahasa Manusia oleh Soenjono Dardjowidjojo
Hapus