Kamis, 21 Juni 2012

menulis narasi




Menulis Narasi
Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Melalui Gambar Simbol Berseri Siswa Kelas III SDN Gading Kasri.
*Ismania Triyanova*
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterampilan berbahasa mempunyai empat komponen yaitu, ke­terampilan me­nyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Setiap keterampilan itu erat sekali berhubungan denagn tiga keterampilan lainnya dengan cara yang beraneka ragam. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa biasanya melalui suatu hubungan urutan yang teratur, mulanya belajar menyimak, kemudian ber­bicara, membaca dan menulis. Ke­empat keterampilan itu pada dasarnya merupakan suatu kesatuan, merupakan catur tunggal.
Selanjutnya setiap keterampilan itu erat pula berhubungan dengan proses-proses berfikir yang mendasari bahasa. Bahasa seorang mencerminkan pikirannya. Semakin termapilan seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pikirannya. Ke­terampilan hanya dapat diperoleh dan dikuasai dengan jalan praktik dan banyak latihan. Ini berarti pula sistem pembelajaran bahasa berubah sehingga perlu pemahaman dan penanganan yang serius, disamping perubahan pendekatan itu sendiri menuntut implementasi secara hirarkis, dalam arti bahwa pendekatan memerlukan metode, kemudian metode diimplementasikan dalam bentuk teknik. Demikian juga terhadap komponen-komponen lain seperti pe­manfaatan media pendidikan dalam sistem pembelajaran.
Pada umumnya guru pendidikan bahasa Indonesia menggunakan metode meng­ajar secara konvensional, yaitu guru lebih banyak mengajarkan teori-teori, dengan metode ceramah saja, sedangkan siswa hanya mendengarkan, mencatat. Dalam proses belajar mengajar seperti itu hanya akan melahirkan manusia ter­didik dengan intelektual statis dan kurang kreatif. Guru perlu menerapkan suatu metode yang dapat memberikan semangat baru bagi anak-anak agar dapat lebih kreatif lagi, yaitu dengan menggunakan media pendidikan sebagai alat bantu me­ngajar sehingga perubahan yang diinginkan pada siswa dapat tercapai. Ke­mampuan dalam membuat alat peraga sederhana, memilih media pendidikan, mengorganisasikan media pendidikan baik dalam tahap perencanaan maupun pelaksanaan dan merawat serta menyimpan media pendidikan adalah penting dalam upaya meningkatkan mutu pendidikan.
Melihat peningkatan mutu pendidikan, maka penggunaan media pen­didikan tidaklah usah diragukan lagi. Kerena merupakan suatu alternatif yang harus ditempuh bila menginginkan daya serap tinggi dan mutu pendidikan yang me­­madai. Guru harus memiliki kompetensi mengajar dan mendidik yang kreatif, dan cukup waktu untuk me­nekuni tugas profesionalnya, yang mampu me­ningkatkan mutu pendidikan.
Tugas seorang guru adalah berusaha untuk mengembangkan kreativitas anak didiknya. Masalah yang sering kali dihadapi guru adalah bagaimanakah cara agar siswa lebih mudah dan cepat menerima pelajaran. Dengan demikian seorang guru harus lebih kreatif, misalnya dapat dimulai dengan cara-cara yang bisa mengajarkan murid ikut serta dan leih aktif dalam kegiatan belajar sampai memanfatkan media-media yang ada. hal semacam itulah yang dapat me­ngembangkan kekreativitasan seorang anak didik dan guru. Pembelajaran me­nulis di SDN Gading Kasri belum mampu meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya dalam pembelajaran menulis narasi.Untuk itulah peneliti ber­usaha me­nerapkan sebuah media pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan kemampuan menulis. Salah satu media yang diharapkan mampu meningkatkan ke­mampuan menulis siswa tersebut adalah media gambar berseri. Pengguanaan media gambar berseri adalah suatu upaya yang diharapkan mampu merangsang pola pikir, wawasan dan penalaran siswa, gambar simbol berseri merupakan salah satu gambar yang saat ini memberikan inspirasi anak dalam berpendapat, berkreasi, berimajinasi dan ber­apresisasi. Dengan gambar simbol berseri seorang anak akan terpadu di dalam berfikir.
Gambar simbol berseri tidak asing lagi bagi anak yang sering membaca cerita kartun. Misalnya Dragon Ball, Inuyasa , dan lain-lain. Maka peneliti akan berusaha me­manfaatkan gambar kartun seperti Dragon Ball, Inuyasa, dan lain se­bagainya sebagai media pembalajarna menulis. Pemanfaatan media ini ten­tunya akan mampu menjadi sarana meningkatkan kemampuan menulis siswa dalam pembalajaran bahasa Indonesia terutama dalam meningkatkan ke­mampuan menulis anak. Adapun judul yang peneliti ambil adalah Peningkatan Kemampuan Menulis Narasi Melalui Gambar Simbol Berseri Siswa Kelas III SDN Gading Kasri.
1.2 Masalah Pokok
Berdasarkan fokus penelitian tersebut masalah utama dalam penelitian ini adalah: bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis narasi melalui gambar simbol berseri siswa kelas III SDN Gading Kasri?
Masalah tersebut dirinci menjadi tiga submasalah, yaitu sebagai berikut:
1.Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis narasi siswa kelas III SDN Gading Kasri ditinjau dari segi kesesuaian isi karangan setelah menggunakan media gambar simbol berseri dalam pembelajaran?
2.Bagaimanakah peningkatan kemampua menulis narasi siswa kelas III SDN Gading Kasri ditinjau dari segi kelengkapan isi karangan setelah menggunakan media gambar simbol berseri dalam pembelajaran?
3.Bagaimanakah peningkatan kemampuan menulis narasi siswa kelas III SDN Gading Kasri ditinjau dari segi ejaan dan tanda baca setelah menggunakan media gambar simbol berseri dalam pembelajaran?
1.3 Tujuan Penelitian
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan penelitian ini adalah meningkatkan kemapuan menulis narasi melalui gambar simbol berseri siswa kelas III SDN Gading Kasri
1.3.2 Tujuan Khusus
Dari tujuan umum tersebut, dirinci menjadi tujuan khusus, yaitu sebagai berikut.
1.Untuk memperoleh deskripsi objektif tentang kemampuan menulis narasi siswa kelas III SDN Gading Kasri ditinjau dari segi kesesuaian isi karangan setelah menggunakan media gambar simbol berseri.
2.Untuk memperoleh deskripsi objektif tentang kemampuan menulis narasi pada siswa kelas III SDN Gading Kasri ditinjau dari segi kelengkapan isi karangan setelah menggunakan media gambar simbol berseri.
3.Untuk memperoleh deskripsi objektif tentang kemampuan menulis narasi siswa kelas III SDN Gading Kasri ditinjau dari segi ejaan dan tanda baca setelah menggunakan media gambar simbol berseri.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini ada dua ranah, yaitu manfaat teoritis dan manfaat praktis.
1.4.1 Manfaat Teoritis
Secara teoritis diharapkan hasil penelitian ini dapat berguna sebagai berikut
1.Melengkapi informasi mengenai pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan media gambar symbol berseri.
2.Menambah informasi bagi peneliti lain tentang penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis narasi.
1.4.2 Manfaat Praktis
Secara praktis, hasil penelitian diharapkan dapat memberikan kegunaan sebagai berikut.
1.Bagi Guru
Perbaikan pembelajaran di SDN Gading Kasri sehingga dapat me­ningkatkan pembalajaran menulis narasi. Pembelajaran menulis narasi dengan mengunakan media gambar simbol berseri menjadi sarana yang menyenangkan bagi siswa sehingga akan mampu memotivasi siswa dalam belajar.
2.Bagi Siswa
Memberikan stimulasi bagi anak dalam berfikir, berpendapat dalam kemampuan menulis. Selain itu penggunaan media berseri menjadi sarana pembelajaran yang menyenangkan dan dapat menimbulkan motivasi belajar siswa.
3.Bagi Peneliti
Mengaplikasikan teori dan ilmu pengetahuan,
4.Bagi Peneliti Lain
Menambah wawasan, menjadikan acuan untuk penelitian berikutnya.
1.5 Definisi Oprasional
Agar tidak terjadi salah penafsiran terhadap judul penelitian ini, maka perlu penegasan istilah dalam judul, yaitu:
1.Menulis narasi adalah kegiatan siswa untuk mengisahkan suatu objek yang dilihat pada media gambar simbol berseri dengan menggunakan bahasa tulis sehingga ketika tulisan itu dibaca, pembaca akan memperoleh gambaran sesuai dengan media gambar simbol berseri yang digunakan.
2.Media gambar simbol berseri adalah gambar imajiner yang menyerupai suatu tokoh atau gambar rekaan dari suatu benda atau manusia yang mempunyai cerita kelanjutan.
3.Pembelajaran menulis narasi adalah proses belajar mengajar yang bertujuan agar siswa mampu menceritakan proses terjadinya suatu peristiwa kedalam bahasa tulis.
4.Peningkatan adalah hasil dari suatu proses yang mengarah ke yang lebih baik.
5.Media pembelajaran adalah alat yang digunakan dalam rangka untuk meng­efektifkan komunikasi interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.
6.Gambar simbol berseri adalah gambar imajiner yang menyerupai suatu tokoh atau gambar rekaan dari suatu benda atau manusia yang mempunyai cerita ke­lanjutannya.
BAB II
KAJIAN TEORI
2.1 Menulis
Menulis ialah adalah suatu bentuk berfikir, tetapi justru berfikir bagi membaca tertentu dan bagi waktu tertentu. Salah satu tugas-tugas terpenting sang penulis sebagai penulis adalah menguasai prinsip-prinsip menulis dan berfikir, yang akan dapat me­nolongnya mencapai maksud dan tujuan.
”Menulis juga merupakan suatu proses penyampaian gagasan, pesan, sikap, dan pendapat kepada pembaca dengan lambang bahasa yang dapat dilihat dan disepakati ber­sama oleh penulis dan pembaca” (Akhadiyah, 1997:13). Dalam menulis terdapat aspek kebahasaan yaitu penggunaan tanda baca dan ejaan, penggunaan diksi, penataan kalimat, pengembangan paragraf, pengolahan gagasan, dan pengembang model karangan. Para ahli mengklasifikasikan menulis sebagai berikut, (1) Narasi adalah tulisan yang menceritakan suatu hal berdasarkan urutan kronologis. Karangan ini terdiri atas rangkaian peristiwa yang sambung menyambung membentuk alur. Peristiwa-peristiwa itu terjadi pada para pelaku (tokoh) dan pada umumnya dikisahkan dengan meng­ambil suatu tempat sebagai latar, disertai suasana tertentu. (2) Deskripsi adalah tulisan yang bertujuan menggambarkan sesuatu seperti apa adanya atau seperti yang di­bayangkan penulisnya. Pembaca seakan-akan me­lihat, mendengarkan, merasa, atau lainnya sesuai dengan hal yang digambarkan. (3) Eksposisi adalah karangan yang berisi pemaparan tentang suatu masalah, pengertian,konsep atau proses dan menambah pengetahuan dan pandangan pembacanya. Sasarannya adalah menginformasikan sesuatu tanpa ada maksud mempengaruhi pembaca. (4) Argumentasi adalah karangan yang di­maksud untuk meyakinkan pembaca mengenai kebenaran yang disampaikan oleh pe­nulisnya.karena tujuan me­yakinkan pendapat, maka penulis akan meyakinkan secara logis, kritis, dan sistematis. (5) Persuasi adalah karangan yang bertujuan untuk mem­pengaruhi sikap dan pendapat pembaca mengenai sesuatu hal yang disampaikan pe­nulisnya. (Akhadiyah, 1998, 14-15).
2.1.1 Fungsi dan Tujuan menulis
Fungsi utama menulis adalah sebagai alat komunikasi yang tidak langsung. Me­nulis juga berfungsi untuk memudahkan para pelajar berfikir juga dapat menolong kita berfikir secara kritis dan juga dapat memudahkan kita merasakan dan menikmati hubungan –hubungan, memperdalam daya tanggap atau persepsi kita, memecahkan masalah-masalah yang kita hadapi. Secara singkat belajar menulis adalah belajar berfikir dalam/dengan cara tertentu (D’Angelo, 1980:5)
”Tujuan menulis adalah memberi informasi, meyakinkan pembaca, me­­nyenangkan para pembaca, memperkenalkan atau menyaatakan diri kepada pembaca, dapat memecahkan suatu masalah yang dihadapi” (Hugo Hartik).
2.1.2 Manfaat Menulis
Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang penting dam besar man­­faatnya dalam kehidupan seseorang. Manfaat menulis sebagai berikut (1) menulis dapat digunakan untuk mengembangkan daya inisiatif dan kreatif. Berkaitan dengan unsur mekanik seperti bahasa, ejaan, dan tanda baca harus didukung juga denagn unsur kreativitas yang tidak bisa lepas dari kemampuan berfikir krisis yakni kemampuan untuk berinisiatif dan berkemampuan menciptakan hal-hal yang baru. (2) menulis juga dapt menyumbang kecerdasan. Dengan menulis dapat melahirkan pengetahuan,
pe­ng­­alaman, jenis tulisan sehingga penyajiannya sesuai dengan konvensi tulisan. Untuk itu diperlukan pengetahuan dan pengalaman yang luas, kemampuan mengendalikan emosi, menata serta mengembangkan ide dengan daya nalar dalam berbagai level ber­fikir. (3) menulis juga dapat menumbuhkan keberanian. Pada saat menulis akan timbul rasa ke­beranian yang meliputi pemikiran, perasaan, sikap, dan gaya untuk di­sampaikan kepada pembaca. Karena itu penulis harus berani menerima berbagai keritikan dari pembaca.
2.2 Menulis Narasi
2.2.1 Pengertian Narasi
”Narasi adalah bentuk wacana yang berusaha mengisahkan suatu kejadian atau peristiwa sehingga tampak seolah-olah pembaca melihat atau mengalami sendiri
pe­ristiwa itu” (Keraf, 1987:135). Suatu peristiwa atau suatu proses dapat juga disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi. Oleh karena itu narasi sulit sekali dibedakan dari deskripsi. Sebab itu, mesti ada unsur lain yang diperhitungkan, yaitu unsur waktu. Dengan demikian pengertian narasi itu mencakup du unsur dasar. Unsur yang terpenting dalam sebuah narasi adalah unsur perbuatan atau tindakan yang terjadi dalam suatu rang­­kaian waktu.
Apa yang telah terjadi tidak lain daripada tindak-tanduk yang dilakukan oleh orang-orang atau tokoh-tokoh dalam suatu rangkaian waktu. Bila deskripsi meng­gambarkan suatu objek secara statis, maka narasi mengisahkan suatu kehidupan yang dinamis dalam suatu rangkain waktu.
Menurut Parera (1984:3) karangan narsi adalah suatu bentuk pengalaman karangan dan tulisan yang bersifat menterahkan suatu berdasarkan perkembangannya dari waktu ke waktu. Narasi mementingkan urutan kronologis dari suatu peristiwa atau kejadian serta masalah. Pengarang bertindak sebagai seorang sejarahwan atau tukang cerita.
Berdasarkan uraian di atas narasi dibatasi sebagai bentuk tulisan yang bertujuan menyampaikan atau menceritakan rangkaian periawa atau pengalaman yang dialami manusia berdasarkan perkembangan dari waktu ke waktu. Atau dapat juga dirumuskan narasi adalah suatu bentuk wacana yang berusah dengan sejelas-jelasnya kepada pem­baca suatu peristiwa yang telah terjadi. Narasi dibagi menjadi dua, yaitu narasi ekspositoris dan narasi sugestif.
2.2.2 Narasi Ekspositoris
Narasi ekspositoris bertujuan untuk menggugah pikiran para pembaca untuk
me­ngetahui apa yang dikisahkan. Sasaran utamanya berupa perluasan pengetahuan para pem­baca sesudah membaca kisah tersebut. Sebagai sebuah bentuk narasi, narasi
eks­positoris mempersoalkan tahap-tahap kejadian, rangkaian-rangkaian perbuatan ke­pada para pembaca atau pendengar. Runtun kejadian atau peristiwa yang disajikan untuk me­nyampaikan informasi untuk memperluas pengetahuan atau pengertian pembaca, tidak perduli apakah disampaikan secara tertulis ataupun lisan.
Narasi ekspositoris dapat bersifat khas atau khusus dan dapt pula bersifat generalisasi. Narasi yang bersifat generalisasi adalah narasi yang menyampaikan suatu proses yang umum, yang dapat dilakukan siapa saja, dan dapat pula dilakukan secara ber­ulang-ulang. Dengan melaksanakan tipe kejadian itu secara berulang-ulang, maka se­seorang dapat memperoleh kemahiran yang tinggi mengenai hal itu. Sedangkan narasi yang bersifat khusus adalah narasi yang berusaha menceritakan suatu peristiwa yang khas, yang hanya terjadi satu kali. Peristiwa yang khas adalah peristiwa yang tidak dapat diulang kembali, karena ia merupakan pengalaman atau kejadian pada suatu waktu tertentu saja.
2.3.Narasi Sugestif
Narasi sugerti berusaha memberi makna atas oerisriwa atau kejadian itu sebagai suatu pengalaman. Karena sasarannya adalah makna peristiwa atau kejadian itu, maka narasi sugestif selalu melibatkan daya khayal (imajinasi). Narasi segestif merupakan suatu rangkaian peristiwa yang disajikan sekian macam sehingga merangsang daya khayal para pembaca. Pembaca dapat menarik suatu makna baru diluar apa yang di­ungkapkan secara eksplisit. Sesuatu yang eksplisit adalah suatu yang tersurat mengenai objek atau subjek yang bergerak dan bertindak, sedangkan makna yang baru adalah se­suatu yang tersirat. Semua obyek dipaparkan sebagai suatu rangkaian gerak, kehidupan para tokoh dilukiskan dalam satuan gerak yang dinamis, bagaimana kehidupan itu ber­ubah dari waktu ke waktu. Makna yang baru akan dijelaskan dipahami sesudah narasi itu dibaca, karena ia tersirat dalam seluruh narasi itu.
Dengan demikian narasi tidak berceritera atau memberikan komentar mengenai se­buah cerita, tetapi ia justru mengisahkan suatu cerita atau kisah. Seluruh kejadian yang disajikan menyiapkan pembaca kepada suatu perasaan tertentu untuk mengahadapi suatu peristiwa yang berada di depan matanya. Narasi menyediakan suatu kematangan mental. Kesiapan mental itulah yang melibatkan para pembaca bersama perasaannya, bahkan melibatkan simpati atau antipati mereka pada kejadian itu sendiri. Inilah makna yang tersirat dalam seluruh rangkaian kejadian itu.
2.2.4 Beberapa Bentuk Khusus Narasi
Berdasarkan bentuknya narsi dibedakan menjadi dua yaitu narasi fiktif dan narasi nonfiktif. Bentuk-bentuk narasi yang terkenal yang biasa dibicarakan dalam
hu­bungan dengan kesusastraan adalah roman, novel, cerpen, dongeng (narasi fiktif) dan sejarah, biografi, autobiografi (narasi nonfiktif).
Disamping itu ada, sedikit ciri dari dua bentuk yang sering disebut, yaitu biografi dan autobiografi. Pengertian autobiografi dan biografi sudah sering diungkapkan. Per­bedaannya terletak dalam masalah naratornya (pengisahannya), yaitu siapa yang ber­kisah dalam bentuk wacana ini. Pengisahan dalam autobiografi adalah tokohnya sendiri, sedangkan pengisahan dalam biografi adalah orang lain. Namun keduanya mempuyai ke­­samaan, yaitu menyampaikan kisah yang menarik mengenai kehidupan dan pe­ngalaman-pengalaman pribadi.
Karena wacana ini mengisahkan pengalaman-pengalaman dan kehidupan pribadi seseorang, maka pola umum yang dikembangkan disana adalah riwayat hidup pribadi se­seorang, urutan-urutan peristiwa atau tindak tanduk yang mempunyai kaitan dengan kehidupan seorang tokoh. Sasaran utama autobiografi dan biografi adalah menyajikan atau mengemukakan peristiwa-peristiwa yang dramatis, dan berusaha menarik manfaat dari seluruh pengalaman pribadi yang kaya raya itu bagi pembaca dan anggota masyarakat lainnya.
Karena autobiografi dan biografi mengisahkan suka-duka dan pengalaman se­orang secara faktual maka dapat dijamin keautentikan dan citarasa kehidupan yang se­sungguhnya, terutama yang menyangkut perincian lingkungan yang nyata se­bagaimana dikemukakan pengarang. Terlepas dari mana wujud dramatik dan saat-saat tegang yang dihadapi sang tokoh, riwayat hidup dalam kedua macam bentuk narasi ter­sebut biasanya dijalin dan dirangkaikan secara manis, langsung, dan sederhana, serta cara men­ceriterakannya juga menarik perhatian pembaca.
2.5.Hubungan Narasi Dengan Wacana Lain
Narasi sebagai suatu bentuk wacana, dapat menjadi suatu bentuk tulisan yang berdiri sendiri, tetapi dapat juga menyerap bentuk lainnya. Dalam narasi dapat di­jumapai unsur-unsur argumentasi, eksposisi, dan deskripsi. Demikian juga sudah di­kemukakan, bahwa bentuk-bentuk wacana lain seperti argumentasi, eksposisi, dan deskripsi dapat juga mengandung unsur-unsur naratif.
Sebagai contoh bahwa narasi berhubungan dengan wacana lainnya dapat kita lihat dari roman atau novel, yang megisahkan bagaimana segerombolan penjahat me­lakukan perampokan dan penculikan. Kerangka umum dari novel atau roman itu tetap merupakan narasi. Tetapi menyangkut cara merampok, bagaimana mengusai medan, bagaimana menangani sandra yang ditahan, semuanya diungkapkan dengan metode eksposisi, yaitu untuk memberikan informasi yang tepat bagaimana melaksanakan ke­giatannya. Gambaran mengenai situasi gedung, tempat penjagaan, atau lainnya disajikan dengan mempergunakan metode deskripsi. Pada waktu memperdebatkan metode-metode itu anggota gerombolan bisa beralih ke argumentasi untuk menunjukkan
ke­lemahan-kelemahan metode yang dikemukakan kawannya, dan seterusnya anggota tadi berusaha mengemukakan cara-cara yang lebih aman dan meyakinkan.
3.Media Pembelajaran
2.3.1 Pengertian Media
Dalam bahasa Arab media berarti perantara atau pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2008:3). Sadirman (1986) mengatakan bahwa media adalah segala bentuk yang menunjukkan sistem transmisi (bahan dan peralatan) yang tersedia untuk menyampaikan pesan atau informasi. Sedangkan Miarso (1984) mem­berikan batasan media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan, untuk merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Media hendaknya dapat dimanipulasi, dapat dilihat, didengar, dan dibaca (Sadiman, 1986:113).
”Media juga dapat diartikan sebagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar atau semua bentuk perantara yang dipakai se­bagai penyebar ide atau gagasan sehingga ide atau gagasan itu sampai pada penerima” (Dinas, 2003). Media adalah alat, metode, dan teknik yang digunakan dalam rangka lebih mengefektifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan siswa dalam proses pen­didikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik, 1994:12) Informasi atau bahan ajar yang akan disampaikan kepada siswa meng­gunakan sarana atau peralatan yang di­gunakan untuk menyajikan pesan/bahan ajar tersebut kepada siswa. Jadi media pengajaran adalah sarana atau alat benatu perantara yang digunakan guru atau siswa dalam proses belajar mengajar untuk menyalurkan pesan/informasi pembelajaran dari sumber pesan ke pe­nerima pesan yang dapat me­rangsang pikiran, perasaan dan kemauan siswa serta men­cegah vebalisme sehingga mem­pertinggi efektifitas dan efisien dalam mencapai tujuan.
Dari defenisi di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran memberikan kejelasan dan memperlancar jalannya proses belajar mengajar, serta dapat mengaftifkan komunikasi interaksi antara guru dengan siswa dan memberikan informasi dari suatu sumber atau pengirim kepada penerimanya sehingga dapt merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar yang efektif terjadi.
Lebih lanjut dijelaskan bahwa media pembelajaran wahana penyalur atau wadah pesan pembelajaran. Media pembelajaran mempunyai peranan yang sangat penting dalam proses belajar mengajar. Disamping dapat menarik perhatian siswa, media pem­belajaran juga dapat menyampaikan pesan yang ingin disampikan dalam setiap pem­belajaran. Dalam pembelajaran di sekolah, guru dapat menciptakan suasana belajar yang sangat menarik dengan memanfaatkan media pembelajaranyang kreatif, inovatif, dan variatif. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (bahan pembelajaran), se­hingga dapt merangsang perhatian, minat, pikiran dan perasaan siswa dalam kegiatan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu.
2.3.2 Manfaat Media
”Manfaat media pendidikan adalah (1) meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir, (2) memperbesar perhatian para siswa, (3) meletakkan dasar-dasar pen­ting untuk perkembangan belajar, (4) memberikan pengalaman yang nyata, (5) me­numbuhkan pikiran yang teratur dan kontinu, (6) membantu tumbuhnya pengertian, dan (7) memberikan pengalaman-pengalaman yang tidak mudah diperoleh dengan cara lain” (Oemar Hamalik, 1982:27)
2.3.3 Jenis-jenis Media
Seels dan Glosgow membedakan media berdasarkan perkembangan teknologi menjadi dua kelompok besar, yaitu media tradisional dan media mutakhir.
1.Media tradisional, meliputi
a.Visual diam yang diproyeksikan (opaque, overhead projektor, slides, film strips),
b.Visual yang tidak diproyeksikan (gambar, poster. Foto, charts, grafik, papan info, pameran),
c.Audio (rakaman kaset, audio),
d.Multimedia (slide suara),
e.Visual dinamis yang diproyeksikan (film, televisi, vidio),
f.Bahan cetak (buku teks, modul, majalah, hand out),
g.Permainan (games), dan
h.Realita.
2.Media Mutakhir, meliputi
a.Media berbasis komunikasi (teleconferensi, elearning) dan
b.Media berbasis mikroprosesor (permainan komputer, hypermedia, CAI, hypertext)
2.3.4 Kriteria Pemilihan Media
Masing-masing media mempunyai kelebihan dan kekurangannya. Adapun beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media antara lain:
1.media harus disesuikan dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
2.ketepatgunaan pemakain media dalam pengajaran
3.kondisi siswa
4.ketersedian media yang akan digunakan
5.mutu teknis dan biaya.
3.5.Pemanfaatan Media dan Tujuan Pembelajaran
Guru bahasa Indonesia tugas utamanya adalah mengarahkan siswa pada pem­-
be­lajaran bahasa. Pada hakikatnya belajar bahasa adalah belajar berkomunikasi. Oleh karena itu, belajar bahasa khususnya pembelajaran bahasa Indonesia diarahkan untuk meningkatkan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia secara li­san maupun tertulis. Pembelajaran bahasa hendaknya menekankan pada keter­ca­paian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal.
Tujuan khusus pengajaran disajikan dalam komponen kebahasaan, pe­ma­haman, dan penggunaan. Dalam pelaksanaan pembelajarannya, komponen keba­hasaan,
pe­mahaman, dan penggunaan disajikan secara terpadu. Walaupun demikian, dalam ke­giatan pembelajaran, guru dapat memfokuskan pada salah satu komponen. Dalam arti dapat memfokuskan pada kebahasaan atau pada penggunaanya. Tentu­nya hal ini di­sesuaikan dengan alokasi waktu yang tersedia pada saat tatap muka.
3.6.Pengertian Media Gambar
Media gambar adalah gambar yang tidak diproyeksikan, terdapat dimana-mana, baik dilingkungan anak-anak maupun orang dewasa, mudah diperoleh dan di­tunjukkan kepada anak-anak. (Oemar Hamalik, 1990:81). Dari pengertian ter­sebut, bahwa media gambar selain terdapat dimana-mana, mudah diperoleh, dan ditunjukkan kepada anak-anak, merupakan alat bantú proses belajar mengajar, karena melalui gambar siswa dapat melihat dengan jelas sesuatu yang sedang di­bicarakan atau didiskusikan di dalam kelas.
3.7.Kelebihan Media Gambar
Sadiman (2003:29-32) mengemukakan kelebihan gambar sebagai media pengajaran antara lain:
1. bersifat konkret atau realitas
2. dapat mengatasi batas ruang dan waktu
3. dapat mengatasi keterbatasan pengalaman siswa
4. dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja
3.8.Gambar
Gambar merupakan bahasa umum yang dapat dimengerti dan dinikmati dimana-mana. ”Gambar adalah salah satu alat yang penting bagi pengajaran dan pendidikan” (Hamalik, 1996:68). Bila ditinjau dari pembuatannya, gambar dapat dibedakan menjadi dua yaitu gambar fotografi dan gambar tangan. Sedangkan dari segi isinya gambar ber­isikan satu perbuatan tentang satu orang atau benda (tipe pertama), sedangkan tipe ke­dua adalah gambar yang berisikan suatu situasi yang mengandung beberapa kegiatan yang ada kaitannya dengan orang, benda, dan peristiwa atau kejadian-kejadian yang menyangkut masa lalu atau sekarang.
3.9.Gambar Seri
Gambar seri disebut juga gambar susun. Media ini terbuat dari kertas manila lebar yang berisi beberapa buah gambar. Gambar-gambar tersebut saling berhubungan sehingga membentuk rangkaian cerita. Setiap gambar diberi nomor sesuai dengan urutan gambarnya. Media ini sangat sesuai untuk melatih keterampilan ekspresi tulis (mengarang) dan keterampilan ekspresi lisan (berbicara, bercerita). Dengan mengamati gambar yang dibentang di depan kelas, para siswa diharapkan dapat memperoleh konsep tentang topik tertentu.
Langkah selanjutnya, siswa disuruk kembali untuk menuangkan dalam bentuk lisan dan tulisan. Untuk latihan mengarang dapat ditambahkan suatu ketentuan, misalnya setiap gambar harus dikembangkan menjadi satu alinea. Jadi, apabila media ter­sebut terdiri atas empat buah gambar, maka karangan yang tersusun harus terdiri atas empat alinea juga. Adapun jenis gambar untuk media ini adalah gambar mnemonis, yaitu suatu gambar yang dapat menimbulkan suatu ingatan pada suatu rangkaian ke­jadian tertentu.
4.Pembelajaran Menulis Narasi Dengan Menggunakan Media Gambar Simbol Berseri
Untuk di SD kelas III pembelajaran menulis terdapat pada semester II dengan standar kompetensi yang berbunyi menggunakan pikiran, perasaan, dan informasi dalam karangan sederhana dan puisi dan kompetensi dasarnya adalah menulis karangan
se­derhana berdasarkan gambar seri menggunakan pilihan kata dan kalimat yang tepat dengan memperhatikan penggunaan ejaan, huruf kapital, dan tanda titik. Dalam hal ini media yang digunakan adalah media Gambar Simbol Berseri. Penggunaan media ini juga berfungsi memeksimalkan pembelajaran sehingga dapat menilis karangan narasi ber­­­­­­­­­dasarkan gambar simbol berseri. Media juga dimanfaatkan untuk menciptakan suasana belajar yang menarik sehingga aktivitas belajar siswa meningkat.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Metode kualitatif pro­sedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: ucapan atau tulisan dan pe­rilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri. Sesuai de­ngan ju­dul dengan meng­gunakan pendekatan kualitatif ini diharapkan agar peneliti dapat menggungkapkan data yang berupa (1) cara menyampaikan materi me­nulis narasi dengan menggunakan gambar simbol berseri di SDN Negeri Gading Kasri, (2) keadaan siswa dan pengaruh minat belajar siswa dalam mengikuti pem­­belajaran menulis narasi dengan menggunakan gambar simbol berseri di SDN Negeri Gading Kasri.
3.2 Sumber Data dan Data Penelitian
Data dalam penelitian ini terdiri dari data awal atau data studi pendahuluan, data pelaksanaan tindakan, dan data hasil tindakan. Data awal adalah data hasil wawancara, data rekaman aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran me­nulis narasi tanpa menggunakan gambar simbol berseri dan karangan narasi siswa sebelum diberi tindakan, yang digunakan untuk mengidentifikasi dan me­rumuskan masalah sebagai dasar menyusun rencana tindakan. Data pelaksanaan tindakan adalah data rekaman aktivitas guru dan siswa selama proses pem­belajaran menulis narasi dengan meng­gunakan gambar dan imajinasi. Data hasil tin­dakan adalah hasil karangan siswa yang berupa karangan narasi dengan meng­gunakan gambar dan imajinasi, setelah di­laksanakannya tindakan siklus I dan siklus II. Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas III SDN Negeri Gading Kasri.
3.Prosedur Pengumpulan Data
Ada tiga data dalam penelitian tentang pembelajaran menulis narasi menggunakan gambar simbol berseri di SDN Gading Kasri
1.Observasi
Observasi adalah proses pengambilan data dalam penelitian di mana peneliti atau pengamat melihat situasi penelitian (susetyo, 2005:1). Observasi dalam pe­nelitian ini dilaksanakan dalam dua tahap, yakni observasi awal dan observasi pe­­laksanaan tindakan. Observasi awal dilaksanakan pada tahap studi pen­dahuluan untuk meng­identifikasi permasalahan sebelum dilaksanakan tindakan, sedangkan observasi pelaksanaan tindakan bertujuan untuk merekam aktivitas guru dan siswa dalam pem­belajaran menulis narasi dengan menggunakan gam­bar simbol berseri. Peneliti meng­gunakan lembar observasi atau catatan lapangan untuk mencatat setiap aktivitas guru dan siswa selam proses pem­belajaran berlangsung.
2.Wawancara
Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan mengajukan per­tanyaan lisan kepada subjek yang diteliti. Wawancara memiliki sifat yang luwes, pertanyaan yang di­berikan dapat disesuaikan dengan subjek, sehingga segala se­suatu yang ingin diungkap dapat digali dengan baik. Wawancara terhadap guru dan siswa dilakukan untuk mem­peroleh data berupa informasi terkait dengan pem­belajaran menulis narasi yang pernah dilaksanakan, sekaligus pendapat mereka tentang pembelajaran tersebut.
3.Analisis Dokumen
Analisis dokumen dilaksanakan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam me­nulis karangan narasi. Dokumen yang digunakan adalah hasil karya siswa yang berupa karangan narasi. Analisis dokumen juga dilaksanakan untuk me­ngetahui ada tidaknya peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi setelah diberi tindakan dengan menggunakan gambar simbol berseri.
4.Istrumen Penelitian
Untuk melaksanakan penelitian ini, guru/peneliti dan observer di­posisikan se­bagai instrumen penelitian, yaitu melakukan kegiatan mulai dari pengumpulan data sampai analisis data. Manisia sebagai instrumen mempunyai keterbatasan, misalnya ke­terbatasan memori dan daya ingat. Oleh karean itu, digunakan alat pendukung instrumen manusia, yaitu lembar catatan lapangan, lembar observasi, lembar refleksi, lembar wawancara, dan lembar evaluasi. Seluruh prosedur penelitian yang meliputi pe­rencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi dilakukan oleh guru. Artinya, guru se­bagai peneliti merupakan penulis script, pemain, dan sekaligus sutradara. Selain itu, guru juga melakukan observasi dan refleksi terhadap semua yang telah dilakukan. Hasil pengamatan dipadukan dengan sumber data yang lain: RPP, wawancara dengan siswa, dan hasil belajar dijadikan dasar untuk refleksi yang digunakan sebagai dasar untuk per­baikan pembelajaran selanjutnya.
5.Teknis Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini diwujudkan
dalam bentuk langkah-langkah yang didasari pada tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian. Langkah-langkah yang dimaksud adalah sebagai berikut.
1.Seleksi data
Penyeleksian data ini dilaksanakan untuk mendapatkan data yang me­menuhi syarat untuk dianalisis. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang beridentitas lengkap (mencantumkan nama, nomor absen, dan kelas) dan data yang sesuai petunjuk guru (mengisi tahapan menulis karangan narasi di LKS).
2.Pengoreksian data
Data yang dikoreksi difokuskan pada aspek isi dan aspek kebahasaan. Aspek isi terdiri dari kesesuaian isi, kelengkapan, kerincian. Sedangkan aspek ke­bahasaan terdiri dari ejaan dan tanda baca.
3.Penskoran data
Penskoran data dilakukan dengan memberi skor pada masing-masing hasil kerja siswa dalam menulis karangan narasi.
Pedoman penskoran
No
Aspek yang dinilai
Skor
Skor Maksimum
1
Kelengkapan isi karangan
- lengkap
- mendekati lengkap
- tidak lengakap
2
1
0
2
2
Kesesuaian isi karangan
- sesuai
- sebagian kecil tidak sesuai
- sebagiam besar tidak sesuai
- semua data tidak sesuai
3
2
1
0
3
3
Sistematika
- urutan-urutan sesuai
- urutan-urutan tidak sesuai
1
0
2
4
Penggunaan ejaan tanda baca
- tidak ada kesalahan pengguanaan ejaan dan tanda baca
- terdapat sedikit kesalahan
- sebagian besar penulisan ejaan dan tanda baca salah
- penggunaan ejaan dan tanda baca salah semua
3
2
1
0
3
Skor penilaian: skor siswa X 100
skor maksimal
4.Penyimpulan data
Setelah pemberian skor, selanjutnya adalah menyimpulkan data.
6.Pengecekan Keabsahan Data
Pengecekan keabsahan data bertujuan memperoleh data yang salih dan absah yang diperoleh dari hasil wawancara, observasi dan analisis dokumen. Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara yaitu, ketekunan peng­amatan dan pemeriksaan peneliti (kolaborator dan observer) ketekunan pengamatan adalah pengecekan keabsahan data dengan cara menyesuaikan antara tahap yang di­rencanakan dengan tahap yang telah d­i­­laksanakan dalam pembelajaran menulis narasi dengan menggunakan gambar seri. Pengecekan keabsahan data adalah ketika me­laksanakan penelitian, peneliti dibantu oleh kolaborator dan observer dalam mengumpulkan data.
7.Tahap Penelitian
Komponen siklus yang digunakan dalm penelitian ini sesuai dengan pendapat Kemmis dan Mc Taggart (1988), yaitu perencanaan, tindakan, observasi dan refleksi.
7.1.Perencanaan Tindakan
Pada tahap perencanaan, peneliti bersama dengan guru merancang tindakan untuk memperbaiki proses dan hasil pembelajaran menulis karangna narasi siswa dengan menggunakan gambar simbol berseri. Adapun tahap-tahap pe­rencanaan adalah menyusun Rencana Pelaksaan Pembelajaran (RPP), peneliti bersama guru menyusun pedoman penyekoran hasil menulis karangan narsi un­tuk mengetahui kemampuan siswa, serta menggunakan media yang digunakan untuk melaksanakan pembelajaran menulis karangan narasi dengan meng­gunakan gambar simbol berseri.
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
( RPP )
Nama Sekolah : SDN Negeri Gading Kasri
Mata Pelajaran : Bahasa dan Sastra Indonesia
Kelas/semester : IV/genap
Alokasi waktu : 2 x 40 menit
I.Standar Kompetensi : Siswa mampu mengungkapkan pikiran, pendapat, gagasan, dan perasaan yang terdapat dalam gambar serta menuliskannya dalam bentuk karangan narasi
II. Kompetensi Dasar : Menulis Karangan Narasi Menggunakan Media
Gambar Simbol Berseri dengan memperhatikan,
kesesuaian isi karangan, kelengkapan isi karangan,
dan penggunaan ejaan dan tanda baca.
III. Indikator :
– Menggunakan secara benar gambar seri yang tersedia
– Menulis Karangan Narasi dengan memperhatikan,
ke­sesuaian isi karangan, kelengkapan isi karangan,
dan penggunaan ejaan dan tanda baca.
IV. Tujuan Pembelajaran :
1. Siswa dapat menulis karangan narasi sesuai dengan gambar simbol berseri
2. Siswa dapat menulis karangan narasi dengan memperhatikan kelengkapan isi karangan, kesesuain isi karangan, sistematika, dan penggunaan ejaan dan tanda baca
V. Materi Ajar :
Contoh paragraf narasi
Struktur paragraf narasi (pembuka, isi, akhir)
Pola pengembangan paragraf narasi dengan
menggunakan gambar simbol berseri
VI. Metode Pembelajaran : Ceramah, Tanya Jawab, Penugasan
VII. Langkah-langkah Pembelajaran :
No
Kegiatan
Waktu
Stategi
1
Kegiatan awal
1.guru menjelaskan tentang paragraf narasi dan media pembelajaran yang digunakan
2.guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai siswa dalam kegiatan pembelajaran
10
Guru membaca teknik
2
Kegiatan inti
1.secara individual, siswa menulis paragraf narasi berdasarkan pengalaman pribadi (sebelum menggunakan media)
2.siswa menulis paragrap narasi dengan mengurutkan gambar berseri yang telah disediakan guru
3.guru dan siswa memberikan tanggapan terhadap beberapa tulisan yang telah dibuat
60
Penugasan
Penilaian guru dan teman sejawat
3
Penutup
1.Guru bersama-sama dengan siswa mengadakan refleksi terhadap peroses dan hasil belajar
10
Refleksi
VIII.Alat/Bahan/Sumber Belajar :
Alat : Media gambar simbol berseri
Bahan/Sumber : Buku pelajaran bahasa Indonesia SD kelas IV
Buku argumentasi dan Narasi oleh Gorys Keraf.
IX.Penilaian : Jenis tagihan : Tugas Individu
Bentuk Instrumen : Uraian
A.Petunjuk Soal
Perhatikan gambar seri yang masih acak ini! Urutkanlah gambar seri dengan memberi nomor urut.
B.Soal
Buatlah karangan narasi sesuai dengan gambar seri yang telah diurut.
Pedoman penskoran
No
Aspek yang dinilai
Skor
Skor Maksimum
1
Kelengkapan isi karangan
- lengkap
- mendekati lengkap
- tidak lengakap
2
1
0
2
2
Kesesuaian isi karangan
- sesuai
- sebagian kecil tidak sesuai
- sebagiam besar tidak sesuai
- semua data tidak sesuai
3
2
1
0
3
3
Sistematika
- urutan-urutan sesuai
- urutan-urutan tidak sesuai
1
0
2
4
Penggunaan ejaan tanda baca
- tidak ada kesalahan pengguanaan ejaan dan tanda baca
- terdapat sedikit kesalahan
- sebagian besar penulisan ejaan dan tanda baca salah
- penggunaan ejaan dan tanda baca salah semua
3
2
1
0
3
Skor penilaian: skor siswa X 100
skor maksimal
Mengetahui, Guru,
Kepala SDN Gading Kasri
Sri Sugiarti, S.Pd IsmaniaTriyanova
NIP 19580814 197803 2 016 NPM 2080711048
7.2.Pelakasanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan bertujuan untuk mengetahui apakah pelaksanaan tindakan berjalan sesuai dengan rencana dan apakah tujuan yang diharapkan bisa tercapai.
7.3.Observasi
Observasi dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan. Kegiatan pengamatan dilaksanakan terhadap hasil kerja siswa yang berupa karangan narasi. Pada tahap ini di­lakukan pengamatan dan pencatatan terhadap semua hal yang terjadi selama pe­laksanaan tindakan langsung. Observasi dilakukan mulai awal pembelajaran hingga akhir pembelajaran. Pengamatan ini dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis narasi.
7.4.Refleksi
Refleksi dilaksanakan pada setiap selesai pembelajaran. Tahap ini dimaksudkan untuk mengakaji secara menyeluruh tindakan yang telah di­lakukan, berdasarkan data yang telah terkumpul. Data yang terkumpul di­evaluasi untuk menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi ini dilakukan untuk mengetahui apakah tujuan pembelajaran telah ter­capai dan untuk me­ngetahui apakah tindakan yang telah dilakukan telah memberikan peningkatan terhadap kemampuan siswa dalam menulis karangan narasi.
Daftar Rujukan
Arsyad, A. 2008. Media Pembelajran. Jakarta: PT Rajakrafindo Persada.
D’Angelo, Frank J. 1980. Process and Though in Composition.
Massachusetts: Winthroup Publishers, Inc.
Kemmis, S. and Mc Taggar,R.1988. The Action Research Planner. Viktoria:
Deakin University.
Keraf, Goris. Argumentasi dan Narasi. Jakarta: Gramedia Puataka Utama, 2007.
Miarso, Y. 1084. Teknologi Komunikaso Pendidikan, Pengertian dan
Penerapannya di Indonesia. Jakarta: Rajawali.
Hamalik, Oemar. 1980. Media Pendidikan. Alumni: Bandung Moedjiono, dkk.
1980. Media Pendidikan. Depdikbud: Jakarta.
_____________. 1994. Media Pendidikan. Bandung: Alumni
Parera. Jos Daniel. 1984. Belajar Mengemukakan Pendapat.
Jakarta: Erlangga.
Peraturan Pemerintah (PP) No. 19/2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan. (online) (http:/www.depdiknas.org) (diakes 3 Desember 2005)
Sadiman, A.S. 1986. Media Pendidikan Pengertian Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: Depdikbud Pustekom. CV. Rajawali
Suyono. 2007. Membaca-Menulis sebagai Metode Pembelajaran.
Tanpa Nama. 2007. Jenis Media Pembelajaran, (Online),
http://education.blogspot.com/2007/06, diakses 13 Januari 2009.W222

Tidak ada komentar:

Posting Komentar